Hilarius Minggu, Anak Petani yang Sukses Meniti Karir Hingga Jadi Direktur Bank NTT - Baomong.ID

Hilarius Minggu, Anak Petani yang Sukses Meniti Karir Hingga Jadi Direktur Bank NTT

Hilarius Minggu, Anak Petani yang Sukses Meniti Karir Hingga Jadi Direktur Bank NTT

Kupang,Likuraionline.id--Hilarius Minggu merupakan sosok yang tidak asing namanya di dunia perbankan.

Saat ini ia menjabat sebagai Direktur IT dan Operasional Bank NTT yang merupakan Bank Kebanggaan masyarakat NTT.

Namun siapa sangka masa kecil hingga usia sekolah tidak seberuntung anak seusianya. Sebagai anak petani, ia harus menyisihkan waktu untuk belajar dan mengerjakan pekerjaan dirumah untuk membantu orang tuanya.

Waktu masih mengenyam pendidikan ditingkat SMP saat libur sekolah ia bersama orang tua berjualan dari pasar ke pasar dengan jalan kaki (tarik kuda yang muatan barang).

Perjalanan yang paling jauh yakni ke pasar Soa di Kabupaten Ngada yang ditempuh dengan berjalan kaki selama dua hari satu malam baik pergi ke pasar maupun kembali ke rumah.

Lantas seperti apa perjalan hidupnya hingga dipercayakab menjadi Diretur di Bank NTT. Simak ulasan berikut ini;

Hilarius Minggu, lahir di Kampung Mundemi, Desa Lapolima, Kecamatan Keo Tengah, Kabupaten Nagekeo, Flores, Nusa Tenggara Timur pada hari Minggu 21 Maret 1965 silam.

Nama belakang Minggu bukan berasal dari fam atau suku. Sebaliknya, keunikan nama ini bersumber dari hari kelahiran Hilarius yang jatuh pada hari Minggu.

Orang tua Hilarius terinspirasi dari momen ini, memutuskan untuk memberikan nama Minggu dan merangkainya dengan Santo Hilarius.

Matias Nuwa dan Imelda Mela, orang tua Hilarius adalah petani sekaligus pedagang keliling. 

Mereka menjajakan hasil bumi di sejumlah pasar yang tersebar di wilayah Kabupaten Nagekeo dan Ngada.

Matias menjelajahi pasar demi pasar, dari Manuori, Raja, Boawae, Soa dan Mbay, untuk menjual hasil bumi seperti kelapa, sirih, pinang, dan minyak kelapa.

Uang hasil jualan digunakan Matias untuk membeli beras, jagung, kacang dan anjing di pasar, lalu di jual kembali di kampung Mundemi.

Matias dikenal sebagai pribadi yang kerja keras dan disiplin tinggi. Sedangkan Imelda, ibunda Hilarius, merupakan wanita lemah lembut, pendiam, juga pekerja keras.

Budaya kerja keras dan disiplin tinggi yang diterapkan orang tuanya kemudian menciptakan fondasi dan tumpuan yang kuat bagi Hilarius Minggu.

Dari tujuh bersaudara, Hilarius, sebagai anak sulung, memikul tanggung jawab besar. Empat saudara laki-laki menetap di Kupang, sementara dua perempuan di Ende dan satu lagi di Maumere.

Sebagai keluarga yang hidup bergantung dari sektor pertanian, mereka tumbuh besar dalam keterbatasan, tetapi juga keberlimpahan kasih sayang.

Selama 16 tahun, Hilarius hidup bersama orang tua di Mundemi, mengejar pendidikan di SD Katolik Wajo hingga SMP Katolik Wolter Monginsidi.

Pagi-pagi buta sebelum sekolah, tugas rutinnya memelihara hewan, memindahkan mereka ke tempat lain untuk mencari rumput. Keterlambatan sekolah menjadi cerita unik di tengah rutinitasnya.

Hilarius memang beda dari siswa lain pada umumnya, yang ketika bangun pagi langsung siap dan bergegas untuk pergi ke sekolah.

Sepulang dari sekolah pun Hilarius harus membantu ibunya masak. Setelah itu makan siang, lalu memindahkan hewan, kerja kebun, hingga memberi makan ternak peliharaan.

Cita-cita Pastoral yang TerhentiPerjalanan pendidikan Hilarius Minggu dari SD Katolik Wajo hingga SMP Katolik Wolter Mongonsidi, sempat tertarik menjadi pastor. Namun kurangnya informasi tes membuatnya gagal mewujudkan cita-citanya.

Meski gagal masuk seminari, Hilarius tak patah arang. Ia kemudian melanjutkan studinya di SMAK Syuradikara Ende dari tahun 1981 hingga 1984.

Disana, ia tinggal atau numpang di rumah orang China (Baba Sun). Cuci piring, cuci pakaian, sapu, hingga belanja ke pasar merupakan aktivitas rutin yang ia lakukan.

Di tengah rutinitas kerja yang begitu padat, Hilarius mampu membagi waktunya untuk mengikuti latihan bela diri asal Jepang Kiukusinkai.

Selama menempuh pendidikan di SMAK Syuradikara Ende, mereka diajarkan bagaimana belajar yang benar dan efektif. Mata pelajaran yang digemari adalah matematika, tata buku dan steno.

Melangkah ke Perguruan Tinggi

Setelah menerima ijazah SMA, Hilarius menuju Kota Kupang menggunakan perahu motor 'Muhaisal' untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Nusa Cendana (Undana) tahun 1984-1989.Sebelum masuk Undana, Hilarius harus mengikuti ujian atau proses seleksi. 

Sambil menunggu hasil tes, Hilarius Minggu mengisi waktu luang sebagai buruh bangunan dengan upah harian.

Dia mengikuti pekerjaan proyek pembangunan gedung kantor BKKBN Provinsi NTT di Walikota Kupang, Hotel Sasando, dan proyek perumahan BPKP.

Sekian lama menunggu hasil tes, Hilarius dinyatakan lulus, dan mulai kuliah di Kampus Undana lama, yang terletak di wilayah Naikoten 1, Kecamatan Kota Raja, Kota Kupang.

Selama mengenyam pendidikan di Undana Kupang, Hila Minggu numpang di rumah pamannya Kons Ule di Gualourdez Kota Kupang.

Selain rajin kuliah, Hilarius memutuskan untuk mengasah keterampilan di bidang listrik, membantu pamannya dalam pekerjaan instalasi listrik dan gali lubang untuk pemasangan tiang listrik.

Berbeda dengan mahasiswa lain yang mendapat dukungan finansial dari orang tua, Hilarius justru mencari uang sampingan dengan usaha kerasnya sendiri.

Buah tangan yang tak terlupakan adalah saat ia bantu proyek pemasangan beberapa tiang listrik dan menarik jaringan listrik di Desa Baun, Kabupaten Kupang.

Selama kuliah, Hila tidak hanya fokus pada akademis, tetapi juga aktif dalam kegiatan resimen mahasiswa, beladiri kempo, sepak bola, catur, dan berbagai kegiatan ekstrakurikuler lainnya.

Dia juga merupakan salah satu mahasiswa penerimaan beasiswa supersemar selama beberapa tahun, yang tidak hanya meringankan beban finansialnya tetapi juga membantu orang tuanya.

Berkat kerja keras, disiplin, dan ketekunan, dia bahkan masuk dalam 3 besar lulus ujian skripsi tercepat di antara mahasiswa angkatan 1984 FIA Negara Undana.

Meskipun perjalanan akademiknya tak selalu mulus, Hilarius Minggu berhasil menyelesaikan studinya, dan merayakan kelulusan pada bulan September 1989.

Terjun ke Dunia Kerja

Setelah meraih gelar sarjana, Hilarius yang dikenal sebagai mahasiswa berprestasi ini memutuskan untuk mencari uang sendiri, dengan bekerja di toko Rifle Kuanino Kupang.

Setelah itu, Hilarius Minggu sempat mengikuti tes tenaga edukatif (dosen) di Universitas Cendana (Undana) Kupang, dan dinyatakan lulus.

Namun, impian Hila Minggu bergeser, ketika ia memutuskan untuk mengikuti jejak kakaknya yang sudah bergabung di Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Ia memutuskan untuk daftar Sekolah Perwira Wajib Militer (Sepawamil) Angkatan Darat di Jakarta. Sambil menunggu panggilan test, Hila tinggal di Bandung bersama Kakanya (Epi Embu) yang bertugas di AURI. 

6 bulan menunggu di Bandung, Setelah gagal (tidak dipanggil test), Hila pulang ke Kupang. Ia berharap bisa kembali ke Undana, namun ia disarankan mengikuti tes berikutnya.

Bingung dengan pilihan karier, Hilla kembali ke toko Rifle. Namun oleh Baba Thomas Gonesco selaku owner toko menolak, dan mengatakan sebagai sarjana, ia lebih pantas bekerja di tempat lain.

Kesempatan muncul ketika Hilla diarahkan owner toko Rifle untuk bergabung dengan Ventura Komputer Oebobo pada tahun 1990 silam, yang merupakan milik Bapa Piter Gontani dengan manajernya Pa Roni Da Gomez.

Di Ventura Komputer, Hila Minggu belajar banyak hal tentang komputer, hingga dipercaya sebagai instruktur selama dua tahun, sambil belajar program-program lainnya.

Perjalanan karirnya semakin berkembang saat ia mengajar kursus komputer bagi pegawai Bank NTT di Ventura Komputer.

Kesempatan emas pun datang ketika para pegawai mengetahui potensi Hila, dan meminta agar ia melamar di Bank NTT, yang dulu dikenal dengan nama Bank Pembangunan Daerah (BPD) NTT.

Bergabung dengan Bank NTT

Tahun 1992, Hilarius Minggu resmi bergabung dengan Bank NTT, dan langsung menorehkan sejarah melalui transformasi revolusioner di bidang pengolahan data elektronik dan akuntansi.

ia berhasil merubah proses dari manual (mesin ketik) dalam mengerjakan nominatif kredit, giro, tabungan, dan deposito dengan menggunakan computer dengan menggunakan aplikasi Lotus dan Dbase Tri Plus. Surat menyurat juga beralih dari mesin ketik ke komputer menggunakan WordStar.

Perubahan cara kerja ini membawa dampak luar biasa bagi efisiensi operasional. Sebelumnya, pengolahan nominatif memakan waktu hingga satu bulan dengan risiko kesalahan yang tinggi.

Berkat penggunaan komputer, semua proses diselesaikan dalam waktu yang cepat. Hal ini tidak hanya meningkatkan produktivitas pegawai.

Tetapi juga memungkinkan mereka untuk fokus pada pekerjaan lain, meninggalkan era di mana kesalahan dalam nominatif bulan sebelumnya harus diperbaiki pada bulan berikutnya.

Penerapan teknologi komputer tidak hanya membantu pekerjaan internal, tetapi juga merubah pola kerja pegawai Bank NTT yang tidak hanya menunggu di kantor tetapi mulai keluar mencari nasabah dan debitur.

Duduki Jabatan di Bank NTT

Selama dua tahun ditugaskan menjadi pegawai pelaksana Bank NTT, Hila Minggu kemudian dipercaya oleh Direksi untuk menduduki jabatan PGS. Kabag Pengolahan Data Elektronik (PDE) dan Kabag Akuntasi di tahun 1994-2023.

Tahun 1995, Hillarius Minggu menikahi kekasinya Susana Federika Ayi Saye, dan mereka tinggal di Sikumana, Kota Kupang.

Mereka kemudian dikaruniai dua orang anak perempuan bernama Sancha Melarisa Hilarius yang lahir tahun 1997, dan Gisela Nuwafeto Hilarius pada tahun 2001.

Tahun 2003, Hilarius kembali dipercaya untuk mengemban tugas sebagai pimpinan Kantor Bank NTT Cabang Maumere hingga tahun 2008.

Setelah itu dimutasi ke Kantor Bank NTT Cabang Lewoleba sebagai pimpinan cabang (Pinca), sebelum ia dipromosikan sebagai Kepala Divisi Operasional di kantor pusat pada tahun 2009 lalu.

Hilarius Minggu, kemudian dimutasi lagi ke bagian Divisi Manajemen Risiko, dan dipercaya sebagai Kepala Divisi pada tahun 2014.

Tahun 2018, melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Bank NTT, Hilarius Minggu diangkat jadi Direktur Kepatuhan, setelah melalui proses fit and proper test oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Dia kemudian dimutasi lagi sebagai Direktur Teknologi Informasi dan Operasional Bank NTT sejak tahun 2021 lalu hingga tahun 2024.

Jabatan lain yang pernah diemban Hilarius Minggu adalah pernah dipercaya sebagai Ketua Dewan Pengawas Dana Pensiun BPD NTT sejak tahun 2010-2012.

Selain itu, dia juga pernah dipercaya sebagai Anggota Dewan Pengawas Dana Pensiun BPD NTT sejak tahun 2017 hingga 2018.(*/yuser)