Kupang,Likuraionline.id--Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) NTT mulai menangani longsoran di Jalan Sabuk Merah Sektor Timur mulai dari Motaain di Kabupaten Belu hingga Mota Masin di Kabupaten Malaka.
Sebanyak 25 titik longsor di ruas jalan yang melintas di perbatasan RI - Timor Leste di tangani.
25 titik longsor yang ditangani tahun ini 5 titik dikerjakan satu tahun anggaran sementara 20 titik di kerjakan selama dua tahun anggaran (MYC).
Kepada Wartawan Kepala Satuan Kerja (Kasatker) Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional (P2JN), BPJN NTT, Andria Muharami Fitra menjelaskan, kondisi tanah Jalan Sabuk Merah Sektor Timur kategori Bobonaro clay sehingga penganan longsor dilakukan dengan metode khusus.
"Kondisi tanah Bobonaro Clay yang mana kondisi tanah tersebut ekspansif. Ketika musim kemarau tanah tersebut keras sedangkan saat hujan tanah tersebut mencair dan menyebabkan longsor,"katanya.
Ia mengatakan, penanganan longsor di Jalan sabuk merah menggunakan beberapa metode dimana ada longsoran yang ditangani menggunakan bor pail dan ada longsoran yang ditangani menggunakan bronjong dan pasangan batu.
Ia menguraikan, hingga kini pihaknya mencacat 90 titik longsor di jalan sabuk merah perbatasan sektor Timur.
"Kita juga lagi mendesain penanganan longsor - longsor baru di jalan sabuk merah,"katanya.
Sementara itu PPK 2.5 Zulkifli Arif,ST.,MT kepada wartawan mengatakan, pada tahun ini pihaknya menangani dua paket pekerjaan longsor di jalan sabuk merah perbatasan sektor Timur.
Dua paket yang ditangani tersebut paket pertama adalah paket reguler akan menangani lima titik longsor dan paket multi years contrak (MYC) menangani 20 titik longsor.
Mantan PPK 1.2 ini mengatakan, 20 titik longsor yang ditangani sebanyak 15 titik longsor akan menggunakan bor pail.
Ia menambahkan, total anggaran untuk penanganan 5 titik longsor (paket reguler) sebesar Rp 20 Miliar sedangkan anggaran yang dialokasikan untuk penanganan 20 titik longsor (MYC) sebesar Rp 105 Miliar. (Yuser)